KEMBALINYA KERIS KYAITAPAK PEMALANG

Share on :

Pada penghujung abad ke XVI,kesultanan Banten yang dipimpin oleh Panembahan Yusuf sedang dalam kekacauan akibat ulah Portugis,dan sedang dalam rongrongan adik Panembahan Yusuf sendiri yang diasuh oleh Ratu Kalinyamat dari Jepara yang menuntut pengalihan tahta kesultanan Banten.
Pada waktu itu,Panembahan Yusuf memerintahkan kepada Patih Thalabuddin untuk meminta kembali Keris pusaka Kyai Tapak yang sebelumnya dipinjamkan kepada Pangeran Benowo saat hendak menjadi Adipati di Pemalang,maka berangkatlah patih Thalabuddin menuju ke kadipaten Pemalang.
Sesampainya di Pemalang,tidak begitu saja patih Thalabuddin dapat mengambil keris pusaka tersebut.ia disuruh oleh Pangeran Benowo untuk membuktikan,kalau memang benar dirinya adalah utusan dari kesultanan Banten,maka pastilah ia mampu membawa keris tersebut ke Banten.lalu untuk meyakinkan Pangeran Benowo,patih Thalabuddin menjalani tirakat bertapa di Waringin tunggul,antara desa Benjaran dan Pedurungan barat.
Setelah beberapa hari bertapa,maka Patih Thalabuddin berhasil mendapatkan keris Kyai tapak.namun dalam perjalanan pulang ke Banten,patih Thalabuddin jadi keder (tersesat) tak tahu arah jalan pulang.hal ini karena pengaruh kesaktian Pangeran Benowo terhadap keris pusaka tersebut atau karena patih Thalabuddin kurang sempurna dalam bertapa,ini kurang begitu jelas.yang pasti,sejak mendapatkan keris pusaka tersebut,patih Thalabuddin hanya muter-muter mengelilingi daerah Pemalang saja selama perjalanan pulang.
Hal ini diketahui oleh Pangeran Benowo yang lalu memerintahkan patih Sampun untuk mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa Keris pusaka Kyai tapak telah hilang dicuri orang.lalu datanglah Patih Thalabuddin menghadap Adipati pangeran Benowo sambil menangis ketakutan.sambil gemetar dan meminta ampun,patih Thalabuddin memberikan keris pusaka itu kepada sang Adipati.
Dengan berbesar hati,adipati pangeran Benowo menerima permohonan ampun patih Thalabuddin,yang lalu diangkatnya menjadi Patih kedua di kadipaten Pemalang yang bertugas menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk/masyarakat Pemalang.karena kecerdasannya pula,Patih kedua Thalabuddin juga diberi wewenang mengatur perekonomian di kadipaten Pemalang mendampingi patih Sampun.dalam beberapa kisah,diriwayatkan bahwa hingga akhir hayatnya,patih Thalabuddin mengabdi dan mencurahkan ilmunya untuk penduduk Pemalang.
Maka dengan demikian,penguasa Pemalang pada masa kepemimpinan Adipati Pangeran Benowo,Patih Sampun (Djiwonegoro) dan Patih kedua Thalabuddin berhasil mencatatkan sejarah keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya.keberhasilan tersebut diantaranya adalah :
- Dapat menyatukan beberapa wilayah,yaitu Tegal,Pemalang dan Brebes.
- Dapat menciptakan kehidupan yang tenteram serta keamanan yang terjamin.
- Dapat meletakkan dasar dan melanjutkan pembanguna.
- Berhasil menumbuhkan kerukunan antar umat beragama tanpa mengurangi berkembangnya ajaran agama Islam yang pesat.
- Berhasil menumbuhkan ekonomi penduduk Pemalang hingga terjamin kecukupan pangan,sandang dan papan masyarakat.
- Bisa merintis jalan yang menjadi cikal bakal jalan-jalan besar di masa setelahnya.
- Dapat membina pendidikan,seperti berdirinya padepokan (Hindu-Budha) di Pedurungan dan Wanarejan serta Pondok Pesantren di Kebondalem dan Ulujami.
Selain keberhasilan-keberhasilan tadi,trio Benowo,Sampun dan thalabuddin dalam kepemimpinan Pemalang tempoe doeloe adalah mampu mendayagunakan kekayaan alam yang ada sebagai sumber ekonomi rakyat.tak di pungkiri,Pemalang memiliki gunung Slamet beserta hamparan hutan rimbun yang membujur disebelah selatan Pemalang,sebagai cagar alam dan kelestarian mata air,serta sungai-sungai besar maupun kecij yang sanggup menampung curah hujan sehingga menjamin sumber air untuk pemanfaatan sawah,ladang dan perkebunan masyarakat hingga musim kemarau sekalipun.kesuburan tanah Pemalang ini sudah dikenal sejak zaman Majapahit,Pemalang juga mempunyai Pelabuhan untuk singgah kapal-kapal dagang,yang transit dan berdagang di Pemalang.
Trio Pemalang ini juga dikenal pandai membina para Punggawa praja untuk bekerja sama dan manunggal dengan rakyatnya.
Maka demikian,Pemalang pada saat itu sudah mempunyai tata administrasi pemerintahan yang cukup teratur,baik ditinjau dari sarana dan prasarana kehidupan masyarakatnya,serta kecakapan dalam aparatur pemerintahannya.
(sumber:Paguyuban Seni karawitan NGESTI BUDAYA)

Artikel Terkait:

{ 1 komentar... Skip ke Kotak Komentar }

GONDES mengatakan...

saya dibuat bingung dengan sejarah patih sampun..dalam keterangan yg anda buat nama patih sampun memang djiwonegoro..dan yang saya tahu pun seperti tiu.namun menurut penuturan juru kunci makam.nama payih sampun juga thalabudin..tetapi di dalam versi anda thalabudin dan djiwonegoro adalah dua orang yang berbeda...mohon penjelasannya.iwangnirwana@gmail.com

Tambahkan Komentar Anda

Terimakasih sudah berkomentar dengan baik, sopan dan tidak mengandung spam di Blog, Silahkan Berkomentar Sesuai Artikel.
Maaf, memasukkan link ke dalam komentar akan DIHAPUS.

Regard's
=|| Arsha Wijaya ||=

Free SEO tools
 
Yahoo Messenger
Send Me IM!
Google Plus
Add Me To Your Circle!
Twitter
Follow Me!
Facebook
Add My Facebook

Mari Join

blog-indonesia.com

Komunitas

ASEAN Blogger
Cyber-PML Blog
Copyright 2012 Arsha Wijaya powered by Blogger - All Rights Reserved - Best View Using Nightly Build